PENGERTIAN AL-QUR’AN, FUNGSI AL-QUR’AN DAN
BUKTI KEOTENTIKAN AL-QUR`AN
Pengertian Al-Qur’an
Ø
Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata
benda) dari kata kerja Qoro’a yang bermakna Ta’ala (keduanya berarti: membaca),
atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan Qoro’a Qor’an Wa Qur’aanan sama
seperti anda menuturkan, Ghofara Ghafran Wa Qhufroonan. Berdasarkan makna
pertama (Yakni: Taala) maka ia adalah Mashdar (kata benda) yang semakna dengan
Ism Maf’uul, artinya matwul (yang di baca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (
Yakni: Jama’a) maka ia adalah Mashdar dari Ism Fa’il, artinya Jaami’ (pengumpul,
pengoleksi) karena ia mengumpulkan atau mengoleksi berita-berita dan
hukum-hukum.[1]
Secara Bahasa Qara’a mempunyai arti yaitu
mengumpulkan atau menghimpun menjadi satu.Kata Qur’an dan Qira’ah keduanya
merupakan masdar infinitive diambil dari kata lampau (Fi’il Madhi) yaitu:Qara’a–Qiraatan-Quranan
Kata Qur’an bisebutkan dalam ayat:
Kata Qur’an bisebutkan dalam ayat:
¨bÎ) $uZøn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ #sÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya dan membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannyaitu.”(QS.Al-Qiyamah:17-18)
Kata Qur’an pada ayat di atas berarti qira’atuhu yaitu
bacaannya atau cara membacanya.
Dari segi bahasa,
terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian Al-Qur-an. Sebagian
berpendapat, penulisan lafal Al-Qur-an dibubuhi huruf hamzah (dibacaالقرأّّن). Pendapat lain mengatakan penulisannya
tanpa dibubuhi huruf hamzah (dibacaالقران). As-Syafi`i,
al-Farro, dan al-`Asy`ari termasuk diantara para ulama yang berpendapat bahwa
lafal Al-Qur-an ditulis tanpa huruf hamzah. [2]
Al-Syafi`i
mengatakan, lafal al-Qur-an yang terkenal itu bukan musytaq(pemecahan
dari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah
ditengahnya , jadi dibaca al-Qur-an). Lafal tersebut sudah lazim digunakan
dalam pengertian Kalamulloh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan
demikian menurut al-Syafi`i, lafal tersebut bukan berasal dari akar kata qoro-a (membaca),
sebab kalau akar katanya qoro-a, tentu tiap sesuatu yang dibaca
dapat dinamai al-Qur-an . lafal tersebut memang nama khusus bagi al-Qur-an,
sama dengan nama Taurat dan Injil. [3]
Al-Farro,
sebagaimana al-Syafi`i berpendapat bahwa al-Qur-an bukanmusytaq dari
kata qoro-a, tetapi pecahan dari kata qoro`in (jamak dari
qorinah) yang berarti; kaitan, karena ayat-ayat al-Qur-an satu sama lain saling
berkaitan. Karena itu huruf nun pada akhir lafal al-Qur-an
adalah huruf asli bukan huruf tambahan. Dengan demikian,
kata al-Quran itu dibaca dengan bunyi al-Quran.
Di antara para ulama
yang berpendapat bahwa lafal al-Qur-an di tulis dengan tambahan huruf hamzah
diengahnya adalah al-Zajjaj, dan al-Lihyani. [4]
Menurut al-Zajjaj,
lafal al-Qur-an ditulis dengan huruf hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata
(wazn) fu`lan. Lafal tersebut bentukan (musytaq) dari akar kata qor`un yang
berarti jam`un. Selanjutnya ia mengemukakan contoh kalimat quri`al ma`u
fil haudi yang artinya: air itu dikumpulkan dalam kolam. Dalam kalimat
ini kata qor`un bermakna jam`un yang dalam bahasa Indonesia bermakna kumpul.
Alasannya, Al-Qur-an “mengumpulkan” atau “menghimpun” intisari kitab-kitab suci
terdahulu.[5]
Sebagaimana
al-Zajjaj, al-Lihyani berpendapat bahwa lafal al-Qur-an ditulis dengan huruf
hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata ghufron dan merupakan pecahan
(musytaq) dari akar kata qoro-a yang bermakna talaa (تلا / membaca). Lafal al-Qur-an digunakan untuk menamai
sesuatu yang dibaca, yakni objek dalam bentuk masdar.[6]
Pendapat terakhir
ini adalah pendapat yang lazim dipegang oleh masyarakat pada umumnya. Sejalan
dengan pendapat tersebut Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan, al-Qur-an menurut
bahasa, ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur-an adalah masdar yang diartikan
dengan arti isim marfu`, yaitu maqruu, yang dibaca. Menurut Shubhi
As-Sholih, pendapat ini lebih kuat dan lebih tepat, karena dalam bahasa Arab
lafal al-Qur-an adalah bentuk masdar yang maknanya sinonim dengan qiro`ah,
yakni bacaan. [7]
Untuk memperkuat pendapatnya ini, subhi
Asholih mengutip ayat yang berbunyi:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ. فَإِذَا قَرَأْنَاهُ
فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ.
Artinya : “Sesungguhnya atas
tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.”
Terdapat berbagai macam definisi Qur’an, diantaranya definisi menurut Abdul Wahhab Khalaf Al-Qur’an yaitu firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Saw dengan perantara Jibril dalam bahasa Arab. Dan, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta terjaga dari perubahan dan pergantian.
Ø Secara
Syari’at (Terminologi)
Al-qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan
kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam,
diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Allah ta’ala
berfirman:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR y7øn=tã tb#uäöà)ø9$# WxÍ\s? ÇËÌÈ
Artinya:“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an
kepadamu (hai Muhammad) dengan beransur-ansur.” (al-Insaan:23)
Dan firmannya:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa
al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini
dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala
telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya:“Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan
al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(al-Hijr:9)
Oleh kerana itu, selama berabad-abad telah
berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berupaya untuk merubah
isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya. Allah SWT pasti
menghancurkan tabirnya dan membuka tipu dayanya.Allah ta’ala menyebut al-Qur’an
dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkatan,
pengaruhnya dan keuniversalannya serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi
kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
Allah ta’ala berfirman:
ôs)s9ur y7»oY÷s?#uä $Yèö7y z`ÏiB ÎT$sVyJø9$# tb#uäöà)ø9$#ur tLìÏàyèø9$# ÇÑÐÈ
Artinya: “Dan sesunguhnya Kami telah berikan kepadamu
tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang [814] dan al-Qur’an yang
agung.” (al-Hijr:87)
[814] Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang ialah surat Al-Faatihah yang terdiri dari tujuh ayat. sebagian
ahli tafsir mengatakan tujuh surat-surat yang panjang Yaitu Al-Baqarah, Ali
Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al An'aam dan Al-Anfaal atau
At-Taubah.
Dan firman-Nya:
úX 4 Éb#uäöà)ø9$#ur ÏÉfyJø9$# ÇÊÈ
Artinya: “Qaaf,
Demi al-Quran yang sangat mulia.” (Qaaf:1)
Dan firman-Nya:
ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& y7øs9Î) Ô8t»t6ãB (#ÿrã/£uÏj9 ¾ÏmÏG»t#uä t©.xtFuÏ9ur (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇËÒÈ
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shaad:29) [8]
A.
Turunnya Al-Qur’an
Pertama kali Qur’an turun adalah pada tanggal 17
Ramadhan. Bertepatan dengan usia Nabi yang ke 40 tahun. Ketika itu Nabi sedang
beribadah di gua Hira tiba-tiba dating malaikat Jibril dengan membawa wahyu .
ia memeluk kemudian melepaskan Nabi demikian berulang sampai tiga kali setiap
kali Jibril berkata: “Bacalah” dan setiap kali pula Nabi menjawab: “Aku tidak
bisa membaca”. Kemudian pada kali yang ketiga , Jibril berkata kepada Nabi ,
“Bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan tuhan-Mu amat pemurah. Yang mengajarkan menulis dengan pena. Yang
mengajarkan kepada manusia apa yang tiada diketahuinya. [9]
Demikian wahyu pertama dan sekaligus turunnya
Al-Qur’an yang permulaan. Sebelum itu, telah dating tanda-tanda dan isyarat,
wahyu telah dekat dan sebagai bukti kenabian untuk Rasul yang mulia. Bahwa
setiap mimpi Rasulullah SAW
Demikian wahyu pertama dan sekaligus turunnya
Al-Qur’an yang permulaan. Sebelum itu, telah dating tanda-tanda dan isyarat,
wahyu telah dekat dan sebagai bukti kenabian untuk Rasul yang mulia. Bahwa
setiap mimpi Rasulullah SAW terjadi dalam kenyataan , persis seperti yang
beliau mimpikan. Selain itu, kesukaan beliau menyendiri . maka beliau menyepi
di Gua Hira’ untuk menyembah Tuhan-Nya. [10]
Turunnya al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan
kitab-kitab yang sebelumnya, al-Qur’an turun secara berangsur-angsur untuk
menguatkan hati Rasul dan menghibur nya serta mengikuti peristiwa dan
kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan
nikmat-Nya.
B.
Fungsi
dan Kedudukan Al-Qur’an
Fungsi utama dari al-Qur'an adalah sebagai petunjuk dan sumber hidayah. Selain itu Al-Qur'an memiliki fungsi lainnya, antara lain:
Fungsi utama dari al-Qur'an adalah sebagai petunjuk dan sumber hidayah. Selain itu Al-Qur'an memiliki fungsi lainnya, antara lain:
1.
Kitab yang berisi berita
2.
Kitab yang berisi hukum syariat
3.
Kitab yang berisi pendidikan
4.
Kitab yang berisi ilmu pengetahuan
Fungsi al-qur’an setelah
rasullulah wafat , yang tertinggal adalah Al-qur’an yang terjaga dari
penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar di pakai sebagai petunjuk dan
pedoman dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT dalam (QS.AL-A’raf:158)
ö@è% $ygr'¯»t ÚZ$¨Z9$# ÎoTÎ) ãAqßu «!$# öNà6ös9Î) $·èÏHsd Ï%©!$# ¼çms9 Ûù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (
Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd ¾Çósã àMÏJãur (
(#qãYÏB$t«sù «!$$Î/ Ï&Î!qßuur ÄcÓÉ<¨Y9$# ÇcÍhGW{$# Ï%©!$# ÚÆÏB÷sã «!$$Î/ ¾ÏmÏG»yJÎ=2ur çnqãèÎ7¨?$#ur öNà6¯=yès9 crßtGôgs? ÇÊÎÑÈ
Artinya: Katakanlah: "Hai manusia
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,
yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat
petunjuk".
Nama-nama Al-qur’an, baik secara langsung maupun tidak
langsung memperlihatkan fungsi
Al-qur’an. Dari sudut isi atu substansinya, fungsi Al-quran sebagai tersurat
dalam nama-namanya adalah sebagai berikut:
A. Al-Huda
(Petunjuk)
Dalam Al-qur’an
terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’an sebagai petunjuk. Pertama,
petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa. Ketiga petunjuk bagi orang-orang yang beriman.
B. Al-Furqan
(pemisah)
Dalam Al-Qur’an
di katakana bahwa ia adalah yang membedakan dan memisahkan anatara yang hak dan
yang bathil atau antara yang benar dan yang salah.
C. Al-Syifa (Obat)
Al-Qur’an
dikatakan berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam dada ( yang
dimaksud adalah penyakit psikologi).
D. Al-Mau’idzoh
(Nasehat)
Dalam Al-Qur’an
dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang yang bertaqwa.
Demikian fungsi Al-Qur’an yang di ambil dari nama-nama yang di firman
Allah dalam Al-Qur’an. Sedangkan fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan
penghayatan trhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan individu yang bersangkutan.[11]
C.
Bukti Keotentikan Al-Qur’an
Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan
berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah ia merupakan kitab yang
keotentikannya dijamin oleh Allah SWT, dan ia adalah kitab yang selalu
dipelihara. “Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun” (sesungguhnya
kami yang menurunkan Al-Quran dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya).
Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan
atas dasar kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang
dilakukan oleh mahluk-mahluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat
diatas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai
Al-Qur’an tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh
Rasulullah SAW dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi SAW.
Tetapi dapatkah kepercayaan itu didukung oleh bukti-bukti lain dan
dapatkah bukti-bukti itu meyakinkan manusia, termasuk mereka yang tidak percaya
akan jaminan Allah diatas . Tanpa ragu kita mengiyakan pertanyaan diatas.
v
Bukti-bukti dari
Al-Quran Sendiri.
Dr. Mustafa Mahmud, mengutip pendapat rasyad Khalifah, mengemukakan bahwa
didalam Al-Quran sendiri terdapat bukti-bukti sekaligus jaminan keotentikannya.
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surat dalam Al-Quran
adalah jaminan keutuhan Al-Quran sebagaimana diterima Rasullulah SAW. Tidak berlebih
dan atau berkurang satu huruf pun dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Quran.
Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai dengan sejumlah huruf-huruf B(i)sm
All(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a dan i dalam kurung tidak
tertulis dalam aksara bahasa Arab). Kata Ism terulang sebanyak 19
, Allah sebanyak 2698 sama dengan 142 X 19, sedangkan kata Al-Rahman
sebanyak 57 atau 3 X19 dan Al-Rahim sebanyak 114 atau sama dengan 6 X
19.
·
Huruf (qaf)
yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57 kali atau
3 X 19
·
Huruf-huruf (Kaf),
(ha’), (ya’), (‘ayn), (shad) dalam surat Maryam, ditemukan sebanyak 798
kali atau 42 X 19
·
Huruf (nun)
yang memulai surat yang memulai surat Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133 atau
7 X 19
·
Kedua huruf (Ya’)
dan (Sin) pada surat Yasin masing-masing ditemukan sebanyak
285 atau 15 X 19.
·
Kedua huruf (Tha’)
dan (ha’) pada surat Thaha masing-masing berulang sebanyak 342 atau 18 X
19
·
Huruf-huruf (ha’)
dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surat yang dimulai dengan kedua
huruf ini, ha’ mim, kesemuanya merupakan perkalian dari 114 X 19, yakni
masing-masing berjumlah 2166
Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat
Al-Quran, oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Quran. Karena,
seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan
kalimatnya dengan kata atau kalimat lain, maka tentu perkalian-perkalian
tersebut akan menjadi kacau. Angka 19 merupakan perkalian dari jumlah-jumlah
yang disebut itu, diambil dari pernyataan Al-Quran sendiri, yakni yang termuat
dalam surat Al-Muddatssir ayat 30 yang turun dalam konteks ancaman terhadap
seorang yang meragukan kebenaran Al-Quran.
v
Bukti-bukti
Kesejarahan
Al-Quran Al-Karim turun dalam masa sekitar 22 tahun atau tepatnya,
menurut sementara Ulama, dua puluh dua tahun, dua bulan dan dua puluh dua
hari. Ada beberapa faktor yang merupakan faktor-faktor pendukung bagi
pembuktian otentisitas Al-Quran, yaitu :
1.
Masyarakat Arab,
yang hidup pada masa turunnya Al-Quran, adalah masyarakat yang tidak mengenal
baca tulis. Karena itu, satu-satunya andalan mereka adalah hafalan. Dalam hal
hafalan, orang Arab bahkan sampai kini dikenal sangat kuat.
2.
Masyarakat Arab
khususnya pada masa turunnya Al-Quran –dikenal sebagai masyarakat sederhana dan
bersahaja, kesederhanan ini, menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup,
disamping menambah ketajaman pikiran dan hafalan.
3.
Masyarakat Arab
sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan, mereka bahkan melakukan
perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu-waktu tertentu.
4.
Al-Quran
mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahaan bahasanya dan sangat
mengagumkan bukan saja bagi orang mukmin, tetapi juga orang kafir. Berbagai
riwayat menhyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali secara
sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al-Quran yang dibaca oleh
kaum muslim. Kaum muslim disamping mengagumi keindahan bahasa Al-Quran, juga
mengagumi kandungannya, serta menyakini bahwa ayat-ayat Al-Quran adalah
petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
5.
Al-Quran,
demikian pula Rasul saw., menganjurkan kepada kaum muslim untuk memperbanyak
membaca dan mempelajari Al-Quran dan anjuran tersebut mendapat sambutan yang
hangat.
6.
Ayat-ayat
Al-Quran turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan
peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka. Di samping itu, ayat-ayat Al-Quran turun sedikit demi sedikit. Hal itu
lebih mempermudah pencernaan maknanya dan proses penghafalan.
7.
Dalam Al-Quran,
demikian pula hadist-hadist Nabi, ditemukan petunjuk-petunjuk yang mendorong
para sahabatnya untuk selalu bersikat teliti dan hati-hati dalam menyampaikan
berita – lebih-lebih kalau berita tersebut merupakan firman Allah atau sabda
Rasul-Nya.
Faktor-faktor diatas menjadi penunjang terpeliharanya dan dihafalkannya
ayat-ayat Al-Quran. Itulah sebabnya, banyak riwayat sejarah yang
menginformasikan bahwa terdapat ratusan sahabat Rasulullah SAW yang menghafalkan
Al-Quran. Bahkan dalam peperangan Yamamah, yang terjadi beberapa saat setelah
wafatnya Rasul SAW Telah gugur tidak kurang tujuh puluh orang penghafal
Al-Quran. Walaupun Nabi SAW dan para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Quran,
namun untuk menjamin terpeliharanya wahyu-wahyu Ilahi itu, beliau tidak hanya
menggandalkan hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa
setiap ada ayat turun, Nabi SAW, lalu memanggil sahabat-sahabat yang dikenal
pandai menulis, untuk menuliskan ayat-ayat yang baru saja diterimanya, sambil menyampaikan
tempat dan urutan setiap ayat dalam surahnya. Ayat-ayat tersebut mereka tulis
dipelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang. Kepingan naskah
tulisan yang diperintahkan rasul itu, baru dihimpun dalam bentuk kitab pada masa
pemerintahan Khalifah Abu Bakar r.a. atau usul Umar Ibn Al-Khaththab, yang
menunjuk Zaid Ibn Tsabit sebagai ketua tim penyusunan Al-Quran.Abu Bakar r.a.
memerintahkan kepada seluruh kaum muslimin untuk membawa naskah tulisah ayat
Al-Quran yang mereka miliki ke Masjid Nabawi. Naskah yang diterima harus
memenuhi dua syarat yaitu:
1. Harus sesuai
dengan hafalan para sahabat.
2. Tulisan tersebut
benar-benar adalah tulisan atas perintah dan ditulis dihadapan Nabi SAW. Untuk membuktikan syarat kedua harus adanya dua orang saksi mata.
Dengan demikian, dapat dibuktikan dari tata kerja dan data-data sejarah
bahwa Al-Quran yang kita baca sekarang ini adalah otentik dan tidak berbeda
sedikitpun dengan apa yang diterima dan dibaca Rasulullah saw lima belas abad
yang lalu.[12]
BAB III
KESIMPULAN
1. Al-qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang di turunkan kepada Rasulullah dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW di awali dengan surat Al-fatihah dan di
akhiri dengan surat an-Naas.
2. Turunnya Al-Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul
qodar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari
malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad
3. Fungsi utama dari al-Qur'an adalah sebagai petunjuk
dan sumber hidayah. Selain itu Al-Qur'an memiliki fungsi lainnya, antara lain: Kitab yang berisi berita, kitab yang berisi
hukum syariat, kitab yang berisi pendidikan, dan kitab yang berisi ilmu pengetahuan.
4. Al-Qur’an Al-Karim turun dalam masa sekitar 22 tahun atau
tepatnya, menurut sementara ulama, 22 tahun 2 bulan 22 hari.
5.
Bukti
Keotentikan Al-Qur’an merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh
Allah SWT, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. “Inna nahnu nazzalna
al-dzikra wa inna lahu lahafizhun” (sesungguhnya kami yang menurunkan
Al-Quran dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya).
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shobun, Muhammad Ali. 1988. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis.
Jakarta: Pustaka Amani.
Azhim, Abdul
Al-Zulqaniy. 1980. Manahil Al-‘Irfani
’Ulum Al-Qur’an dan Hadist jilid 1. Kairo
Halim, Abdul
Mahmud. 1988. Al-Tafkir Al- Falsafiy fi
Al-Islam Dar Al-Kitab Al-Lubnaniy. Beirut
Husain, Muhammad
Al-Thabathabaly.1981. Al-Qur’an fi
Al-Islam Markaz I’lam Al-Dzikra Al-Khamisah li Intizhar Al-Tsawrah Al-Islamiyah
hal 175. Teheran
Subhi Ash-sholih. 1991. Membahas Ilmu-Ilmu
Al-Qur-an, (terjemahan) Tim Pustaka Firdaus dari judul
asli Mabahits fi Ulum al-Qur-an. Jakarta: Pustaka firdaus.
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah
dan Pengantar Ilmu
Al-Quran/Tafsir,. Jakarta: Bulan Bintang.
[1] ‘Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-‘Irfani I’Ulum Al-Qur’an,
Al-Halabiy, (Kairo,1980, jilid 1), hlm .250.
[2] Subhi Ash-sholih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur-an (terjemahan)
Tim Pustaka Firdaus dari judul asli Mabahits fi Ulum al-Qur-an (Jakarta:Pustaka
Firdaus, 1991) Cet 2, hlm 10.
[3] Ibid, hlm11
[4] Ibid hlm 11
[5] Ibid hlm 11
[6] T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, (Jakarta: Bulan
Bintang) cet. 5. Hlm
15
[7] Op cit hlm 11
[8] ‘Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-‘Irfani I’Ulum Al-Qur’an,
Al-Halabiy, Kairo,1980, jilid 1, hlm .252.
[9] Muhammadi Ali Ash Shobuni, Ikhtisar
Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka Amani, 1988), hlm 18.
[10] Ibid hlm 19
[11] Abdul Halim Mahmud.Al-Tafkir Al-Falsafiy fi Al-Islam Dar AL-Kitab
Al-Lubnaniy.Beirut, t.t., h. 50
[12] Muhammad Husain Al-Thabathabaly. Al-Qur’an fi Al-Islam Markaz
I’lam Al-Dzikra Al- Khamisah li Intizhar AL-Tsawrah Al- Islamiyah.Teheran,
hlm.175